Lautan bukit pasir ini jika di lihat sekilas mungkin banyak yang berpikir kalau itu adalah gurun, tapi menurut Antonio Cordeiro Feitosa, ahli geografi di Federal University of Maranhão, secara teknis, sebenarnya Lençóis tidak termasuk gurun. Curah hujan di wilayah tersebut mencapai seratus dua puluh sentimeter atau lebih setahun. Sementara berdasarkan definisinya, rata-rata curah hujan gurun kurang dari 25 sentimeter setahun.
Akan tetapi, justru keberadaan air itulah yang memungkinkan terciptanya bentangan pasir ini. Dua sungai di dekatnya, Parnaíba dan Preguiças, membawa pasir dari pedalaman benua itu ke Samudra Atlantik. Sebagian besar sedimen mengendap di garis pantai taman sepanjang 70 kilometer. Di sini, selama musim kemarau, terutama pada bulan Oktober dan November, angin timur laut yang terus bertiup membawa pasir itu sejauh 48 kilometer ke daratan, sehingga sejauh mata memandang, tampak bukit pasir berbentuk bulan sabit yang dapat mencapai ketinggian 39 meter. Cordeiro juga menyaksikan gerakan Lençóis Maranhenses yang tiada henti. Di beberapa tempat, bukit pasir ini maju hingga 20 meter per tahun. "Lanskap berubah secara drastis akibat setiap siklus musiman," ucapnya.
lautan bukit pasir ini sendiri di beri nama Lençóis Maranhenses, berarti "seprai Maranhão". Maranhão adalah negara bagian di pantai timur laut tropis Brasil, tempat bukit pasir berbentuk bulan sabit ini berada. Apa pun namanya, ini gurun nan magis, dengan pasir putih berkilau yang mengombak. Kawanan ikan keperakan berenang di kolam-kolam biru dan hijau terang yang terbentuk oleh hujan
Bentangan pasir di pantai timur laut Brasil diukir oleh angin serta air. Semua itu tampil laksana sihir dan bukanlah fatamorgana.
Ombak pasir mengalir di sepanjang rute nelayan yang mengayuh sepeda membawa tangkapan untuk ditukar dengan kebutuhan sehari-hari. Ketika pasir mengering keesokan hari, angin kembali mengubah bentuk pasir itu.
Sungai yang "diwarnai" zat tanin dari kawasan hutan membuat pasir laksana pualam.